
Ketika Tika mencari sebuah hakikat kebenaran tentang kelamin yang memaksanya mengaku sebagai perempuan, tiba-tiba ia merasa begitu tolol.
Tika bahkan tak tahu, menjadi perempuan itu seperti apa.
Tapi, orang-orang dengan begitu semena-mena mengklaim dirinya sebagai perempuan, hanya karena ia memiliki vagina dan payudara.
Tika tidak mengerti, mengapa identitas yang menjadi pembentuk sebuah jati diri hanya diwakili oleh liang tak berpenghuni dan sepasang daging multifungsi.
Tika ingin berontak. Bagaimana seandainya ia tidak ingin dipanggil (dijuluki paling tidak) sebagai perempuan? (dia memang hidup dikungkungan manusia yang sok tahu).
Tika perempuan, bukan karena memiliki fisik yang masyarakat bilang memenuhi kriteria dan pantas disebut perempuan.
Menurut Tika, ia bukan perempuan.
Lalu?
Tapi, Tika memilih hidup untuk menjadi perempuan.
Karena menjadi perempuan merupakan suatu pilihan.
Sama ketika Tika harus memilih baju apa yang harus dikenakan hari ini.
Sama ketika Tika harus menentukan meminum teh atau kopi di sore hari.
Sama ketika Tika harus memilih ayah atau ibu ketika mereka bercerai tempo hari....
Didedikasikan untuk perempuan Indonesia.. 'agar kalian dapat memilih...'
Diambil dari blog THICKA: juzttika.blogspot.com
Oleh: sesepuh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar